Mendengar bahwa Kaisar Romawi Heraklius ingin menyerang wilayah Arab bagian Utara, Rasulullah Saw segera mempersiapkan pasukan perang hingga terkumpul 30.000 orang.
Upaya Rasulullah Saw untuk mendorong orang untuk pergi ke perang Tabuk tidak mudah. Ini karena lokasi perang sangat jauh dan cuaca panas, karena seruan perang terjadi di akhir musim panas dan awal musim gugur, saat waktunya untuk memanen kurma. Banyak orang tidak mau perang, dan mereka bahkan saling memprovokasi untuk menolak ajakan perang.
Hal ini membuat Nabi Muhammad sangat sedih dan gusar. Tidak mengherankan bahwa musuh telah bersiap untuk memerangi, menghancurkan, dan membinasakan kaum muslimin di negara lain. Selain itu, kaum muslimin disibukkan oleh keengganan mereka untuk berperang. Al-Qur'an mencatat berbagai alasan bagi mereka yang menolak berperang.
Allah SWT berfirman:
وَمِنۡهُمۡ مَّنۡ يَّقُوۡلُ ائۡذَنۡ لِّىۡ وَلَا تَفۡتِنِّىۡ ؕ اَلَا فِى الۡفِتۡنَةِ سَقَطُوۡا ؕ وَاِنَّ جَهَـنَّمَ لَمُحِيۡطَةٌ ۢ بِالۡـكٰفِرِيۡنَ
“Dan di antara mereka ada orang yang berkata, “Berilah aku izin (tidak pergi berperang) dan janganlah engkau (Muhammad) menjadikan aku terjerumus ke dalam fitnah.” Ketahuilah, bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sungguh, Jahanam meliputi orang-orang yang kafir.” (QS. At-Taubah: 49).
Seruan Rasulullah Saw kepada kaum muslimin untuk berperang melawan kekuatan Heraclius yang berencana untuk menyerang wilayah Arab bagian Utara, dan menghancurkan Madinah, menyebabkan kaum muslimin terbagi atas dua golongan besar yaitu golongan orang-orang yang mukhlisin yaitu golongan orang-orang yang ikhlas, semangat menyambut seruan perang dari Baginda Rasulullah Saw. Dan golongan munafiqun yaitu golongan yang menunda, mengulur waktu, menolak, bahkan memprovokasi yang lain untuk menolak ajakan perang Rasulullah Saw.
Allah SWT berfirman:
فَرِحَ الۡمُخَلَّفُوۡنَ بِمَقۡعَدِهِمۡ خِلٰفَ رَسُوۡلِ اللّٰهِ وَكَرِهُوۡۤا اَنۡ يُّجَاهِدُوۡا بِاَمۡوَالِهِمۡ وَاَنۡفُسِهِمۡ فِىۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِ وَقَالُوۡا لَا تَنۡفِرُوۡا فِى الۡحَـرِّؕ قُلۡ نَارُ جَهَـنَّمَ اَشَدُّ حَرًّاؕ لَوۡ كَانُوۡا يَفۡقَهُوۡنَ
“Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut berperang), merasa gembira dengan duduk-duduk diam sepeninggal Rasulullah. Mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah dan mereka berkata, “Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini.” Katakanlah (Muhammad), “Api neraka Jahanam lebih panas,” jika mereka mengetahui.” (QS. At-Taubah : 81).
Karena itu, karena perang Tabuk tidak seperti perang biasa, Rasulullah Saw menunjukkan sikap tegas terhadap kaum munafiqun dengan membakar rumah Suwailam, yang digunakan sebagai makar untuk menolak ajakan perangnya, hingga semua orang di dalamnya terbakar hidup-hidup.
Strategi tegas Rasulullah Saw menghasilkan sekitar 30.000 pasukan perang dengan bekal logistik yang cukup, yang dikumpulkan dari sumbangan orang kaya dari golongan kaum muslimin.
Untuk memenuhi kebutuhan logistik perang, Abu Bakar Ash-Shiddiq menyumbangkan seluruh hartanya sebesar 4000 dirham, Umar bin Khattab menyumbangkan separuh hartanya, Utsman bin Affan menyumbangkan 1000 keping dinar emas dan 300 ekor unta yang dilengkapi dengan pelana dan perlengkapan perang, Abdurrahman bin Auf ra menyumbangkan 500 ekor kuda tunggangan, dan banyak sahabat lainnya.
Berbeda dengan perang-perang sebelumnya, untuk perang Tabuk, Rasulullah Saw mengumumkan rencana perang sejak awal, dengan maksud agar kaum muslimin mempersiapkan diri untuk menghadapi kekaisaran Romawi, negara adidaya saat itu. Karena jarak tempuh yang sangat jauh, diperlukan persiapan yang matang dan niat yang kuat. Selain itu, karena tentara yang akan dihadapi akan terdiri dari tentara yang sangat kuat dan memiliki senjata modern.