www.article-islami.com,
Adapun kaum mukminin , musibah merupakan sarana taribiyah yakni ujian untuk
meningkatkan iman. Sebagaimana anak-anak sekolah akan naik kelas mana kala
berhasil mengerjakan soal test atau ujian. Semakn tinggi tingkatan kelas nya,
otomatis semakin berat bobot test yang di ujikan. Adapun bobot ujian tersebut
pasti terjangkau, sebagaimana firman-nya , “ Alloh tidak membebani suatu kaum
kecualisesuai dengan kadar kesanggupan nya.” Dengan demikian semakin tinggi
iman seseorang , maka akan semakin berat ujian kehidupan yang dihadapinya. Oleh
sebab itu , tidak pantas jika kita berkeluh kesah atas musibah tersebut, toh
pasti dalam kesanggupan hamba-nya.
“ Apakah manusia itu mengira bahwa mereka di biarkan (saja) mengatakan, “kami telah beriman”, sedang mereka tidak di uji lagi ? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang- orang sebelum mereka, Maka sesungguhnya Allah mengetahui orang orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta” (Q. Al-Ankabut:2-3)
“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu , dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah:155)
Sikap manusia dalam menghadapi musibah adalah sabar dan tawakal. Semuanya di kembalikan kepada zat yang super kuasa, yakni Allah SWT. Dengan demikian musibah yang seberat apapun tidak akan menjadi beban baginya, melainkan di ambil alih oleh-nya.
“Dan sesungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (yaitu) orang-orang yang apa bila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innalillaahi wainnaa ilaihi raaji’uun” (artinya : Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-nya lah kami kembali). Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(QS.
Al-Baqarah:155-157)
EmoticonEmoticon